SEKAPUR SIRIH SEBUAH RENUNGAN

Dunia ini memang sudah teramat tua diisyaratkan dalam kisah perjalanan Rosululloh SAW dalam peristiwa Isra Mi’raj bagi mereka yang meyakini peristuwa tersebut. Kemudian fakta yang seharusnya menjadi I’tibar dari ketuaan bumi ini adalah banyaknya bencana sebagai konsekwensi logis dari benda-benda alam yang selalu beraktivitas tiada henti hingga secara duniawi kerusakan itu akan terjadi dan akan berdampak langsung bagi makhluk hidup yang ada di sekitarnya.
Dalam Al Qur’an ditegaskan “ Bahwasanya kerusakan di bumi dan di langit itu adalah ulah dari manusia” itupun merupakan suatu fakta yang tak bisa disangkal, belum lagi keterangan yang menyatakan bahwa tingkat kelahiran anak cucu syethan lebih besar dari jumlah kelahiran anak cucu Adam yaitu manusia dan mempunyai umur lebih panjang hingga populasinya jauh lebih besar daripada manusia.

Dengan ditaqdirkannya syethan sebagai penggoda bila diambil rasio dari populasinya dengan manusia maka sangat pasti kian hari kian bertambah kolega-kolega syethan yang siap menjadi pengikut setia jamaah kesesatan.

Al Quran dan Al Hadits adalah proteksi yang sanggup melawan tipu dayanya . Semakin jauh ditinggalkan akibat adanya faham, yang menyatakan moderat, inipun merupakan suatu pola strategis yang dirancang khusus oleh syethan untuk menanamkan investasi dan memfasilitasi rombongan binasa untuk segera menemukan dahsyatnya neraka secar kolektif.

Dari berbagai peristiwa yang termasuk dalam klasifikasi tragedi kemanusiaan, bila saja signal tafakur kita aktifkan teramat banyak peristiwa yang terjadi agar manusia itu segera tersadar diri bahwa hidup tidak boleh terninabobokan oleh kenikmatan duniawi yang rakusnya melebihi segala yang paling buas di muka bumi ini. Topan, badai, gempa, tanah longsor, serta pertikaian yang menumpahkan darah sesama muslim adalah azab agar kita secepatnya kembali pada khittah dan fitrah untuk segera mendeklarasikan dan memanifestasikan segala tindakan yang mencerminkan muslim sejati paling tidak gelar muttaqin yang merupakan Honoris Clausa dari Allah SWT dapat tersandang bersama keridhoan-Nya.
Cobalah dengan segera membuka pintu mata bathin dan fikiran untuk mempunyai kepekaan dalam membaca pesan dan sandi-sandi yang diisyaratkan oleh alam agar kita terhindar dari bala bencana yang akan menimpa “KEMBALILAH” Allah adalah zat Yang Maha Segalanya selalu membuka pintu taubat sebelum keterkejuatan yang sangat menimpa kita yaitu maut merenggut memisahkan segala harap dan impian-impian panjang.

Perahu kehidupan kini tengah berlayar bersabung ombak dalam lautan lepas. Dayunglah sauh ke muka buritan hingga kelak dapat tertambat dalam dermaga harap sebagai tanda bahwa semua impian untuk berlabuh dapat terlaksana…. lalu tariklah napas dengan lega…seraya melambaikan tangan kepada samudera yang terhampar seluas mata memandang…. dan dari bibir mungil tercuiat untain kata “ Terima kasih kau telah menghantarkanku pada tujuan yang pasti “